Selamat Datang

Selamat Datang

Kamis, 02 Januari 2014

Resensi Buku: Steve Jobs (Part 3 Resensi Bahasa Indonesia)



Judul Buku                  : Steve Jobs
Penulis                         : Walter Isaacson
Terbitan                       : Simon & Schuster, New York, 2011
Tebal                           : 742 halaman; 23,5 cm
Penerjemah                  : Word++Translation Service & Tim Bentang
Penyunting                  : Tim Bentang
Pemeriksa Aksara        : Tim Bentang
Penata Aksara             : gores_pena
Penerbit                     : Bentang, Yogyakarta, 2011 [cet.2,2011]
Jenis Cover                  : Soft Cover
Kategori                      : Biografi      
Text                             : Bahasa Indonesia
Harga  Buku               : Rp. 119.000,00
“Gila kendali”. Dua kata inilah kata yang tepat untuk menggambarkan sosok Steve Jobs.Baginya, setiap produk Apple Computer tidak sekedar temuan teknologi, tapi sebuah karya seni bernilai tinggi. Jobs menganggap, menambahkan perangkat keras atau perangkat lunak pada produk teknologi Apple sama dengan laku anak jalanan yang menambahkan coretan di lukisan karya Pablo Picasso. Itu jelas haram hukumnya. Inilah yang menjadi alasan mengapa Jobs menutup rapat kode sumber (source code) program serta perangkat keras setiap produk Apple, meski jiwa pemberontak khas peretas (hacker) juga eksis di dalam dirinya.
Naam, Jobs adalah seorang teknolog piawai cum seniman sejati. Tentu saja, ia juga seorang perfeksionis. Ia menuntut kesempurnaan meski harus berdebat dengan anggota tim produksi Apple. Ketika komputer Macintosh dalam tahap produksi, kepada James Ferris, direktur layanan kreatif, Jobs berkeras, “Kita harus membuatnya terlihat klasik sehingga tidak ketinggalan zaman, seperti Volkswagen Beetle..seni besar menciptakan selera, bukan mengikuti selera.. Itulah yang harus kita lakukan dengan Macintosh.” Jobs tidak hanya menuntut kesempurnaan di sisi tampilan luar produknya, dan ini yang paling ekstrim, ia pernah memaksa timnya untuk mengubah tampilan memori yang akan mereka gunakan di Macintosh, meski bagian tersebut tak akan terlihat oleh konsumen. “Bagian itu sangat indah. Namun lihatlah chip memorinya. Jelek sekali. Garisnya terlalu berdekatan.. Aku ingin agar memori chip itu dibuat seindah mungkin, meskipun tempatnya berada di dalam kotak. Seorang tukang kayu yang hebat tidak akan menggunakan kayu jelek untuk membuat bagian belakang sebuah lemari, meskipun tak seorang pun akan melihatnya,” tegas Jobs.
Jika timnya mulai menentang idenya, Jobs spontan melakukan serangan balik dengan jurusnya yang sangat menakutkan dan terkenal di kalangan orang-orang terdekatnya, yaitu distorsi realitas lapangan; sebauh istilah yang diambil dari film Star Trek oleh salah seorang tim Macintosh, Bud Tribble, untuk sekedar memperhalus fakta bahwa Jobs suka membohongi kenyataan di lapangan dan memaksa orang lain agar percaya dengan apa yang ia yakini. “Jika sebuah argumen yang dia gunakan tidak berhasil membujuk orang lain maka dia akan dengan sigap menggantinya dengan argumen lain. Terkadang, dia akan membuatmu merasa kehilangan keseimbangan secara medadak, menjadikan pendapatmu sebagai pendapatnya sendiri, tanpa menyadari bahwa dia pernah memiliki pendapat yang berbeda,” kenang Andy Hertzfeld.
Sampai di sini, maka harus pula disebut bahwa Jobs juga merupakan pribadi keras kepala yang lebih percaya pada intuisinya dan tak mau tunduk begitu saja pada kenyataan. Ketika seorang wartawan menanyakan, apakah Jobs melakukan survei terlebih dahulu sebelum melepas sebuah produk, dengan enteng ia menjawab, “Apa Alexander Graham Bell melakukan penelitian pasar sebelum dia menemukan telepon?”
Perpaduan dalam diri Jobs, antara keahlian di bidang teknologi, seni, dan sifat keras kepala ketika memperjuangkan keyakinan inilah yang membuat setiap orang berdecak kagum terhadap produk Apple.Ia tidak saja menjual teknologi canggih, namun juga menjual keindahan dalam satu kesatuan utuh dan tak terpisahkan. Hal ini juga yang menjadikan produk Apple sebagai standar bagi produsen lainnya dalam menciptakan teknologi serupa.Apple dan Jobs tidak sekedar mengubah kecenderungan teknologi, tetapi juga mengubah nilai dalam peradaban kita.Dan, ya, orang-orang hebat selalu lahir dari kemampuan melaraskan langkah otak kiri dan otak kanan, meski mereka tak selalu menjadi pemenang.

v  Menurut kelompok kami Steven Jobs adalah pemimpin yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.    Tanggung jawab yang seimbang
Keseimbangan di sini adalah antara tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang yang harus melaksanakan pekerjaan tersebut. Ini terbukti dari Jobs juga memiliki prestasi besar pada masa itu. Dia adalah orang yang menggabungkan papan sirkuit buatan Wozniak menjadi paket yang menyenangkan, mulai dari rangkaian pencatu daya, hingga kotak yang keren. Dia juga yang menyebabkan perusahaan berkembang pesat berkat mesin buatan Wozniak. Jobs juga menciptakan perusahaan hebat dengan brand yang bernilai. Dia menciptakan dua brand terbaik pada eranya-Apple dan Pixar.
2.    Mempunyai kemampuan untuk meyakinkan orang lain
Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang dapat menggunakan keterampilan komunikasi dan pengaruhnya untuk meyakinkan orang lain akan sudut pandangnya serta mengarahkan mereka pada tanggung jawab  total terhadap sudut pandang tersebut. Ini terbukti dengan Steve Jobs adalah seorang yang genius yang memiliki sifat perfeksionis yang cenderung menuntut dan selalu mampu membujuk klien-kliennya untuk bekerja sama.  Dia memang bukan orang yang ahli dalam teknologi melainkan dia mampu membuat ide-ide bisnis dan inovasi baru yang berbeda dalam pengembangan produk Applenya walau pernah jatuh bangun dan bahkan pernah dikeluarkan dari perusahaan yang dia bangun sendiri.
3.    Memiliki pengaruh positif
Pemimpin yang baik memiliki pengaruh terhadap karyawannya dan menggunakan pengaruh tersebut untuk hal-hal yang positif. Ini terbukti dari Steve adalah satu-satunya penyelamat Apple sehingga harga saham Apple dapat melejit naik sebesar 11% setelah merosotnya penjualan Apple sebesar 30% sepanjang dua tahun sebelumnya. Dia juga merampungkan pekerjaan terkait iklan “Think Different”. Dia juga menjadi pemimpin de facto sejak amelio diberhentikan sepuluh minggu sebelumnya, tetapi hanya selaku “penasihat”. Semenjak status Jobs selaku iCEO telah berkembang dari sementara menjadi seterusnya beban yang harus dipikul Jobs karena mengelola dua perusahaan amatlah berat dan saat itulah kesehatannya mulai memburuk.

v  Kepemimpinan Stevn Jobs dalam pengembangan TQM :
1.    Kepemimpinan Otokratis
Kepemimpinan otokratis disebut juga kepemimpinan dictator atau direktif. Orang yang menganut pendekatan ini mengambil keputusan tanpa berkonsultasi dengan para karyawan yang harus melaksanakannya atau karyawan yang dipengaruhi keputusan tersebut. Mereka menentukan apa yang harus dilakukan orang lain dan mengharapkan mereka mematuhinya. Ini terbukti dari Berawal ketika teman Steve yang bernama Wozniak yang menyukai permainan video, film berlayar hotel, desain kalkulator ilmiah, dan desain terminal TV memikirkan tentang mikroprosesor sebuah cip yang berisi seluruh unit pemrosesan terpusat, memiliki ide sebuah pemikiran yang bersifat abadi, dengan tampilan sebuah keyboard, layar, dan perangkat komputer yang dirangkai dalam satu paket komputer pribadi terpaku yang nantinya akan disebut dengan Apple I. Steve berusaha meyakinkan Wozniak untuk merakit dan menjualnya, Woz pun berhasil membuatnya dan setiap dia berhasil mendesain sesuatu yang hebat, Steve akan menemukan cara agar mereka mendapatkan uang. Dia merupakan pemimpin yang penuh semangat dan bersikeras selalu mengutamakan kualitas di setiap produknya dengan sempurna. Hanya saja dia memiliki sifat yang cenderung pemarah, keras kepala, dan bau yang tidak mau mandi  yang membuat para pekerja itu merasa gerang akan sifatnya tersebut yang membuat dia tidak disukai bahkan dipecat dari perusahaan Apple itu sendiri.
Kelebihan        : buku ini menceritakan secara detail perjalanan hidup sang genius, Steve Jobs, sehingga dapat memotivasi dan menjadi penyemangat pembaca untuk kehidupan. Buku ini juga tidak hanya terbatas pada kalangan tertentu saja, tapi juga mencakup semua kalangan. Dari anak kecil hingga orang dewasa.
Kekurangan     :  bahasa yang digunakan terlalu sulit, atau menggunakan bahasa tingkat tinggi, sehingga menyulitkan pembaca untuk dapat cepat memahami. Dan juga karena bahasa yang terlalu baku membuat pembaca cepat merasa bosan ketika membacanya. Hal ini kemungkinan karena buku Steve Jobs merupakan hasil terjemahan (alih bahasa) yang diterjemahi oleh Word++Translation Service & Tim Bentang.

SINOPSIS BUKU – Steve Jobs (Part 2 Resensi Bahasa Indonesia)



Judu                            : Steve Jobs
No. ISBN                    : 0019005466
Penulis                         : Walter Isaacson
Penerbit                       : Bentang Pustaka
Tanggal terbit              : Oktober – 2011
Jumlah Halaman          : 742               
Jenis Cover                  : Soft Cover
Kategori                      : Biografi      
Text                             : Bahasa Indonesia

Ini adalah buku biografi eksklusif tentang Steve Jobs yang ditulis oleh pengarang buku biografi best seller tentang Benjamin Franklin dan Albert Einstein.
Setelah melakukan wawancara lebih dari empat puluh kali dengan Jobs selama dua tahun, serta wawancara dengan lebih dari seratus anggota keluarga, sahabat, musuh, pesaing, dan kolega Jobs, Walter Isaacson menulis sebuah kisah memukau tentang tentang jatuh-bangunnya seorang pengusaha kreatif dan kepribadiannya yang menggugah dengan gairah akan kesempurnaan dan kontrol gila-gilaannya yang berhasil merevolusi enam industri: komputer pribadi, film animasi, musik, ponsel, computer tablet, dan penerbitan digital.
Saat Amerika mencari cara untuk mempertahankan keinovatifan, Jobs muncul sebagai ikon utama dunia inovasi dengan imaginasi-imaginasi yang bisa diterapkan. Dia tahu bahwa cara terbaik untuk menciptakan sesuatu yang berharga pada abad kedua puluh satu adalah dengan menghubungkan kreativitas dan teknologi. Dia membangun sebuah perusahaan yang merupakan kombinasi dari imajinasi yang tak biasa dengan teknik yang hebat.
Jobs sangat kooperatif dalam penulisan buku ini, namun menolak mengontrol apa yang ditulis. Ia bahkan tidak mau menggunakan hak untuk membaca naskahnya sebelum diterbitkan. Dia tidak memberikan batasan apapun. Dia mendorong semua orang yang tahu untuk berbicara jujur. Jobs sendiri pun bicara apa adanya, kadang brutal, tentang orang-orang yang bekerja dan berkompetisi dengannya. Teman-teman, musuh, dan kolega-koleganya memberikan pandangan yang sebenarnya tentang gairah, perfeksionismenya, obsesi, seni, kejahatan, dan paksaan untuk mengontrol pendekatannya pada bisnis dan produk inovatif yang dihasilkan.
Semangatnya yang meluap-luap membuat orang-orang di sekeliling Jobs marah dan putus asa. Tapi kepribadian dan produknya selalu berkaitan, seperti halnya perangkat keras Apple dan perangkat lunaknya, seolah merupakan bagian dari sebuah sistem yang terintegrasi. Kisahnya ini memaparkan banyak informasi sekaligus peringatan, yang sarat dengan pelajaran tentang inovasi, karakter, kepemimpinan, dan nilai-nilai.
Walter Isaacson adalah CEO Aspen Institute. Sebelumnya ia pernah menjadi pimpinan CNN dan manajer editor majalah Times. Buku yang pernah ditulisnya adalah Einsten: His Life and Universe, Benjamin Franklin: An American Life, dan Kissinger: A Biography. Isaacton juga pernah menulis The Wise Men: Six Friends and the World They Made bersama Evan Thomas. Kini, Isaacton dan istrinya tinggal di Washington, D. C.
Kesederhanaan Steve Jobs
Foto pendiri Apple Computer Corporation menghiasi sampul depan dan belakang buku berjudul Steve Jobs by Walter Isaacson. Sorot kedua mata Jobs tak berbeda meski foto itu diambil dalam selang waktu berbeda. Sekilas ramah, tapi tajam menyelidik.
Senyum tipis menambah karismanya. Ia mengenakan kaus hitam lengan panjang sebagai baju kebesarannya. Itulah gambaran besar dari kepribadian paradoks milik Jobs yang terangkum dalam deretan kalimat yang disusun Walter Isaacson ini. Pada musim panas 2004, Isaacson merupakan orang yang diminta secara khusus oleh Jobs untuk menuliskan biografi dirinya saat mereka berjalan-jalan. Cara itu menjadi ciri khas Jobs saat ia merasa perlu menyampaikan sesuatu yang serius. Namun, Isaacson merasa waktunya belum tepat hingga kelanjutan rencana pembuatan biografi  tertunda sampai lima tahun. Kondisi kesehatan Jobs yang menurun menjadi awal penggarapan buku tersebut hingga akhirnya bisa diterbitkan, tak lama setelah pria 56 tahun itu wafat pada 5 Oktober 2011 belum lama ini. Isaacson memilih cerita kehidupan Paul Jobs dan Clara Jobs sebagai pembuka kisah kehidupan lelaki kelahiran San Fransisco, 24 Februari1955, itu.
Pernikahan mereka bahagia tetapi merasa ada yang kurang dalam kehidupan pernikahan karena belum dikaruniai anak hingga tahun ke-9 pernikahan. Mereka pun mulai terpikir untuk mengadopsi seorang bayi. Di lain tempat, mahasiswa pascasarjana Universitas Wins consin Joanne Schieble mengandung bayi hasil hubungannya dengan asisten pengajar Islam dari Suriah, Abdulfattah ‘Jhon’ Jandali. Mereka tak bisa menikah karena ditentang ayah Joanne. Maka itu, Joanne memutuskan melahirkan diam-diam dan merencanakan penyerahan bayinya untuk diadopsi. Hingga akhirnya, pasangan Paul dan Clara menerima bayi itu untuk dibesarkan seperti anak kandung. SteveJobs tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dengan aturan yang dibuatnya sendiri. Kecemerlangan prestasi Jobs di sekolah selalu didukung penuh oleh keduanya.
Sejak kecil, Jobs menunjukkan minat besar dalam bidang elektronik.Ia bahkan mendapat pekerjaan di pabrik tempat memproduksi alat pencari frekuensi milik Hewlett-Packard. Hingga akhirnya, dia pun bertemu dengan Steve Wozniak, akrab disapa Woz, yang juga memiliki minat sama di bidang elektronik. Duo Steve itu semakin akrab. Woz dianggap memiliki hati yang lembut dan jujur, sedangkan Jobs dianggap lebih manipulatif. Namun, itu tak menghentikan tindakan jahil mereka. Mereka menciptakan alat yang mengganggu frekuensi sinyal televisi hingga alat yang dapat memanipulasi telepon bernama Blue Box. Alat tersebut kemudian menjadi proyek pertama mereka berdua dan kemudian menjualnya. Jobs bertindak sebagai pemasar, sedangkan Woz sebagai teknisi. Produk mereka laku keras hingga sebuah insiden menghentikan penjualan Blue Box.
Hubungan keduanya terus berlanjut meski mengambil kuliah di universitas yang berbeda. Jobs memilih Universitas Reed sebagai bentuk pemberontakan pasifnya terhadap kedua orangtuanya. Padahal, tabungan orangtuanya tak cukup besar untuk membiayai kuliah Jobs di universitas swasta itu. Beberapa saat kemudian, Jobs memutuskan berhenti membayar kuliahnya dan hanya mengikuti mata kuliah yang menarik minatnya, misalnya kelas kaligrafi. Saat itulah, ia menyadari bahwa dirinya berada di persimpangan antara teknologi dan seni. Kesadarannya itu dituangkan dalam semua produk yang dihasilkannya. Isaacson menggambarkannya sebagai perpaduan antara desain yang hebat, penampilan, rasa, keeleganan, sentuhan manusia, dan bahkan cinta. “Seandainya aku tidak pernah mengambil mata kuliah itu di perguruan tinggi, Mac tidak akan pernah memiliki banyak sekali desain huruf atau jenis huruf dengan spasi yang tepat.Lebih lagi, karena Windows hanya meniru Mac, mungkin tidak ada komputer pribadi yang memiliki desain seperti itu,” ujar Jobs sebagaimana dikutip Isaacson.
Kelahiran Apple
Steve Jobs dan Apple memang lekat satu sama lain. Tahukah Anda bahwa nama Apple yang dipilih sebagai nama brand tercetus begitu saja tanpa konsep filosofis seperti dugaan banyak orang? Semua berawal dari rancangan komputer yang dibuat Woz. Ia berhasil mengetikkan sebuah huruf dengan keyboard dan menampilkannya pada layar komputer. Hal itulah yang membangkitkan minat Jobs lebih besar lagi. Ia mendorong rancangan komputer Woz agar dimodifikasi lebih sempurna lagi. Untuk itu, keduanya bersama-sama menghadiri Klub Komputer Homebrew yang menjadi tempat pertemuan para penyuka teknologi untuk bertukar pengetahuan secara gratis. Awalnya, Jobs tak begitu mempermasalahkan hingga ia melihat peluang bisnis dalam produk Woz. Ia berusaha meyakinkan Woz yang terlalu pemalu itu untuk mulai menjual produk secara komersial.
Mereka pun akhirnya mulai mengumpulkan modal untuk usaha yang baru dirintis tersebut, termasuk menggaet Rob Wayne untuk menanam saham. Modal terkumpul dan mereka membutuhkan nama bagi perusahaan mereka. Jobs yang sebelumnya baru pulang dari memangkas apel varietas gravenstain mencetuskan beberapa nama. Deretan nama itu tak ada yang menarik sampai ia terpikir untuk menggunakan Apple sebagai nama. Pemilihan itu bertahan hingga akhirnya tak terpikir nama lain. “Saat itu, aku sedang melakukan diet buah .Aku baru saja kembali dari kebun apel. Nama itu kedengarannya menyenangkan, penuh semangat, dan tidak mengintimidasi. Selain itu, nama perusahaan kami akan berada di atas Atari dalam daftar buku telepon,” jelas Jobs soal nama tersebut.
Pembeli pertama produk mereka adalah Paul Terrel. Ia memesan 50 papan Apple I yang harus diselesaikan dalam jangka waktu sebulan. Jobs, Woz, Wayne, dan beberapa kawannya bekerja siang malam di garasi rumah orangtua Jobs untuk menyelesaikan pesanan tersebut tepat waktu. Keuntungan pun akhirnya diraih setelah penjualan perdana tersebut.
Jobs merupakan orang yang memercayai kehidupan spiritual. Ia pernah menjadi penganut Kristen hingga berhenti karena kejadian kelaparan di Afrika. Pencariannya kemudian berlanjut hingga ia terpukau oleh ajaran Buddha Zen. Ia juga sangat terinspirasi oleh buku karangan Baba Ram Dass berjudul  Be Here Now, sampai-sampai ia menjauhkan diri dari hal yang bersifat materi. Spiritualitas Jobs juga menciptakan kepribadian yang nyentrik.Ia tak canggung berjalan-jalan tanpa alas kaki. Ia juga diet ketat dengan hanya mengonsumsi apel dan wortel selama berminggu-minggu sebagai bagian dari pola hidup vegan. Hal itu membuat badannya kurus kering. Belum lagi soal kebiasaannya jarang mandi. Namun, temperamennya menunjukkan hal yang sebaliknya. Ia mudah marah dan berteriak jika tak memperoleh kesempurnaan.
Buku ini tidak dipenuhi pujian terhadap Jobs. Penulis berhasil menggambarkan pribadi Jobs sebagai manusia yang diisi emosi, hasrat, cinta, pengorbanan, ambisi, dan lainnya. Semakin banyak menelusuri biografi ini, semakin menyadarkan diri bahwa Ste ve Jobs bukanlah manusia sempurna. Dia memikat sekaligus ‘berbahaya’. Perpaduan yang menjadikannya pribadi ajaib.

BIOGRAFI – Steve Jobs (Part 1 Resensi Bahasa Indonesia)



Buku biografi Steve Jobs ini merupakan salah satu buku terlaris di tahun 2011 (menurut sumber berita yang pernah saya baca beberapa hari lalu). Buku yang ditulis oleh Walter Isacsson ini mengundang banyak peminat dan pecinta teknologi informasi. Terutama bagi para pecinta produk dan gadget buatan Apple yang fenomenal. Kepergian Steve Jobs pada tanggal 5 Oktober tahun 2011 lalu tentu banyak meninggalkan jejak yang fenomenal atas ide-idenya, sehingga perlu dituangkan dalam sebuah biografi. Bahkan buku ini telah dicetak dalam berbagai macam bahasa. Penulis buku ini merupakan seorang wartawan yang dipercayakan Jobs untuk menulis tentang kehidupannya. Sumber-sumber yang diperoleh berasal dari Jobs sendiri, keluarga, serta teman-teman dekat Jobs, bahkan musuh/pesaingnya.
Steve Jobs adalah sosok jenius dan temperamen dalam hal inovasi teknologi.Berbagai macam produk hasil ide dan pemikirannya menghasilkan budaya yang berkembang di masyarakat digital. Beberapa perusahaan yang dikelolanya dengan sukses yaitu Apple, Next, dan Pixar. Sejarah dan kisah-kisah pendirian perusahaan tersebut dijelaskan secara gamblang dalam buku ini. Bagaimana Jobs menghadapi masa-masa yang sulit, hingga ia pernah dikeluarkan dari perusahannya sendiri, Apple, kemudian pada akhirnya masuk kembali berkat kehebatannya.
Perpaduan dalam diri Jobs, antara keahlian di bidang teknologi, seni, dan sifat keras kepala ketika memperjuangkan keyakinan inilah yang membuat setiap orang berdecak kagum terhadap produk Apple. Ia tidak saja menjual teknologi canggih, namun juga menjual keindahan dalam satu kesatuan utuh dan tak terpisahkan. Hal ini juga yang menjadikan produk Apple sebagai standar bagi produsen lainnya dalam menciptakan teknologi serupa. Apple dan Jobs tidak sekedar mengubah kecenderungan teknologi, tetapi juga mengubah nilai dalam peradaban kita. Dan, ya, orang-orang hebat selalu lahir dari kemampuan melaraskan langkah otak kiri dan otak kanan, meski mereka tak selalu menjadi pemenang.
Cerita masa kecil Jobs yang beralur semakin menjelaskan kharisma Jobs sebagai manusia yang tumbuh di antara pengalaman-pengalamannya yang membentuk karakter Jobs sendiri. Ia dikenal sebagai seorang yang keras kepala kepada semua orang yang menurutnya tidak melakukan sesuatu dengan baik dan sempurna. Akan tetapi, semua itu ditujukan atas obsesinya untuk menciptakan segala sesuatu dengan sempurna dan inovatif. Jobs juga penyuka seni, ia banyak mengamati desain sebuah produk yang mudah dalam penggunaan, tidak hanya berfokus pada fungsional. Komputer Mac, iPhone, iPad, Mac OS merupakan beberapa brand Apple yang sukses di pasaran.
Kisah cinta Jobs dengan beberapa mantan kekasihnya dianggap sebagai sisi romantis seorang Jobs. Ia sempat berpacaran dengan Chrisann Brennan (teman SMA), Jennifer Egan (mahasiswi University Pennsylvania yang bekerja di sebuah tabloid mingguan San Fransisco), Tina Redse (karyawan Apple Foundation), Joan Baez (penyanyi & penulis lagu perlawanan Amerika terkenal), dan Laurene Powell (sekarang istrinya). Banyak hubungannya yang putus nyambung karena beda prinsip.
Jobs bukanlah seorang yang bisa melakukan segalanya, tapi ia piawai untuk mengarahkan karyawannya dalam bekerja. Banyak ide yang justru terlahir dari anak buah/karyawan/teman dekatnya di perusahaan, tapi Jobs bisa menjelaskan ide tersebut kepada orang lain seolah olah ialah yang punya ide tersebut. Jobs juga bukan orang yang mudah dipengaruhi. Jobs selalu ingin berbeda dengan perusahaan-perusahaan yang sudah ada ketika itu. Seperti kita ketahui Palo Alto, tempat bermukim & perusahaan Jobs berdiri, sampai sekarang dikenal sebagai gudang teknologi. Banyak perusahaan di bidang komputer, elektronik, semikonduktor, dan internet dalam skala besar berlokasi di daerah tersebut.
Jobs tidak bekerja sendiri, ia kadang memilih orang-orang yang dipercayainya bisa melakukan sesuatu dengan tuntas. Misalnya ia dibantu oleh Stephen Wozniak yang kuper untuk melakukan coding aplikasi yang sedang dikembangkan Apple. Juga John Sculley, seorang eksekutif minuman ringan Pepsi, yang akhirnya dinobatkan sebagai CEO Apple untuk membantu di bidang pemasaran produk.
Rivalitas Jobs dengan Bill Gates sangat menarik untuk disimak.Pertarungan keduanya melahirkan persaingan yang terus mengepul hingga sekarang.Mac vs Microsoft.Dalam buku ini juga banyak diceritakan tentang pentingnya sebuah iklan produk yang fantastis bisa mempengaruhi semua penonton. Juga gaya presentasi Jobs yang selalu bisa membuat pendengarnya melakukan standing ovation di setiap acara perilisan produk baru Apple.
Buku ini dalam versi Bahasa Indonesia mempunyai lebih dari 700 halaman. Meskipun demikian, banyak pembaca buku ini yang mereferensi bahwa membaca buku ini tidak akan membuat bosan. Banyak hal-hal menarik yang bisa ditemukan, meskipun bahasa yang dituliskan kadang sedikit kaku, karena murni hasil terjemahan aslinya dalam Bahasa Inggris. Bagi saya buku ini adalah seorang buku biografi untuk seorang yang selalu ingin berpikir inovatif, bagaimana cara mengelola sebuah usaha kreatif di bidang teknologi informasi dan multimedia di masa sekarang. Totalitas dan konsistensi selalu jadi kunci utama yang diperlukan untuk membangun kehebatan kreativitas.
v  Fakta-Fakta Steve Jobs
·         Ayah Kandung                               : Abdulfattah "John" Jandali
·         Ibu Kandung                                  : Joanne Schieble Jandali Simpson
·         Ayah Angkat                                  : Paul Reinhold Jobs
·         Ibu Angkat                                     : Clara
·         Saudara Angkat                              : Patty Jobs (hasil adopsi lain Paul Jobs & Clara)
·         Adik Kandung                                : Mona Simpson
·         Istri : Laurene                                 : Powell
·         Anak Kandung                              : Lisa Brennan (dari Chrisann Brennan), Reed Jobs (anak pertama dgn Laurene), Erin Jobs (anak kedua dgn Laurene), Eve Jobs (anak ketiga dgn Laurene)
·         Perusahaan yang Pernah Dipimpin   : Apple, NeXT, Pixar
·         Musik Favorit                                 : Bob Dylan, The Beatles, The Rolling Stones

Buku ini hanya memerlukan satu kata saja “ inspiratif ” untuk menunjukkan bahwa ia sangat layak untuk dibaca oleh siapapun. Steve Jobs dikenal dengan presentasi-presentasinya yang memukau dan kata-katanya yang “bersayap”.  Namun buku ini menguak lebih dalam lagi sisi kehidupan Steve Jobs yang mungkin belum anda ketahui.
Terus terang saja saya lebih mengenal Bill Gates dari pada Steve Jobs sebagaimana lebih banyak orang yang menggunakan Windows daripada Macintosh. Saya tidak terlalu akrab dengan Mac. Karenanya tentu saja saya tidak begitu peduli dengan Steve Jobs. Bahkan ketika membaca sebuah artikel yang berisi berita bahwa Jobs didiagnosa menderita kanker pun saya tidak begitu peduli. Reaksi saya sangat jauh berbeda dengan ketika saya mendapati sebuah artikel yang berisi cemoohan terhadap Bill Gates. Orang yang mencemooh Bill Gates adalah orang bar-bar, begitu pikir saya saat itu (pemikiran yang terus saya pertahankan hingga akhirnya saya mengenal Richard Stallman beserta ide-idenya). Namun Jobs adalah orang besar dibalik Apple Computer. Karena itu, saya harus mengenalnya lebih dalam. Steve Jobs adalah seorang yang sangat perfeksionis. Dan Walter Isaacson, penulis buku ini, adalah seorang penulis biografi yang dipilih Jobs untuk menuliskan riwayat hidupnya. Kesimpulan saya, buku ini pasti dapat memuaskan keingintahuan saya terhadap kehidupan Steve Jobs. Dan saya benar. Ibu biologis Steve Jobs, Joanne Schieble, hamil di luar nikah dengan seorang asisten pengajar muslim dari Suriah, Abdulfattah Jandali. Hubungan Joanne dengan Jandali tentu tidak direstui. Karenanya, ketika Jobs lahir, ia diserahkan untuk diadopsi. Sedianya Jobs akan diadopsi oleh pasangan pengacara karena Joanne menginginkan agar Jobs diadopsi oleh lulusan perguruan tinggi. Namun pasangan pangacara itu membatalkan niatnya karena mereka menginginkan seorang anak perempuan. Jobs akhirnya diadopsi oleh seorang yang bahkan tidak lulus sekolah menengah, Paul Jobs, seorang yang memiliki minat besar di bidang permesinan. Awalnya Joanne tidak mau menandatangani surat adopsi. Namun setelah Paul Jobs berjanji bahwa ia akan menyekolahkan Jobs sampai ke perguruan tinggi, barulah Joanne setuju. Akan tetapi, orang tua yang menyerahkan dirinya untuk diadopsi tak pelak melukai jiwanya. Seorang teman dekat Jobs, Del Yocam mengatakan: “Menurutku, keinginannya untuk mengendalikan apa pun yang dia ciptakan, berasal langsung dari kepribadiannya dan fakta bahwa dia telah ditinggalkan ketika lahir.” (hal. 6).
Coba anda perhatikan kalimat Del Yocam berikut: ....keinginannya untuk mengendalikan apa pun yang dia ciptakan...... Apa maksudnya? Komputer Apple paling terkemuka sepanjang masa, Macintosh, sebenarnya dinamai demikian oleh Jef Raskin.McIntosh adalah jenis apel kesukaan Raskin. Ejaannya diubah menjadi Macintosh agar tidak menyamai nama pembuat peralatan audio, McIntosh Laboratory. Namun Raskin berbeda pandangan dengan Jobs soal performa Macintosh. Raskin hanya ingin sebuah komputer dengan harga $1.000. Dengan harga serendah itu, sudah bisa dipastikan bahwa performa komputer itu biasa-biasa saja. Berbeda dengan Raskin, Jobs menginginkan sebuah komputer yang hebat.Ia tidak mempedulikan berapa harga yang akan dibandrol. Menurutnya, komputer hebat layak untuk dihargai dengan harga yang tinggi. Raskin pun dipecat.
Bisa jadi masa lalu Jobs juga sangat berpengaruh pada kepribadiannya yang kasar bahkan kejam. Jobs mengelompokkan orang yang bekerja di sekelilingnya dengan orang-orang yang “mendapatkan pencerahan” dan orang-orang yang “tidak baik”. Hasil karya mereka juga dinilai sebagai karya yang “terbaik” atau “sampah”. Ia seringkali meneriaki ide orang yang bekerja padanya sebagai sampah. Namun jika beberapa hari kemudian ia menyetujui ide itu, ia akan membicarakannya kepada setiap orang sehingga seolah-olah ide itu berasal dari dirinya. Meskipun Jobs sering mencela, ia sangat menghormati orang yang memiliki keyakinan terhadap idenya. Jika Jobs mencela salah seorang insinyurnya dan sang insinyur membantah dengan mengatakan bahwa ia sedang melakukan yang terbaik, Jobs seringkali bisa menerima ide itu. Jobs pernah melihat kerja Bill Atkinson dan mencelanya sebagai sampah. Atkinson membantahnya dan menjelaskan mengapa yang ia kerjakan merupakan sesuatu yang terbaik. Jobs pun menyerah.
Berdasarkan pengalamannya, Atkinson mengajari rekan-rekannya agar menerjemahkan celaan “sampah” Jobs dengan: “katakan kepadaku mengapa itu adalah cara terbaik untuk melakukannya”. (hal. 157). Banyak orang yang tidak menyukai gaya kepemimpinan Jobs. Tetapi, orang-orang terdekat Steve Jobs adalah orang-orang yang memiliki kepribadian kuat. Bukan para penjilat.
Buku ini memang biografi Steve Jobs. Namun sebenarnya saya menginginkan agar Stephen Wozniak mendapatkan porsi yang banyak mengingat ia adalah salah seorang di balik kesuksesan Jobs. Ia lah yang menciptakan Apple yang pertama. Dan ia jugalah satu -satunya orang yang tidak pernah dicela atau diperlakukan kasar oleh Jobs. Mungkin perlu buku setebal buku Jobs ini untuk menuliskan riwayat hidup Steve Wozniak. Mengulang tulisan saya di awal, saya sangat menyarankan anda membaca buku ini. Ada banyak hal dari Steve Jobs dan Apple Computer yang perlu kita ketahui. Jobs mungkin orang yang sangat serius dan kaku. Namun siapa sangka jika di masa mudanya, bersama Wozniak, ia seringkali melakukan kenakalan dengan memanfaatkan kemampuannya di bidang elektronika? Apa hubungan logo Apple (apel tergigit) dengan Alan Turing, penemu komputer pertama yang mati bunuh diri dengan menggigit apel berlapis sianida? Apa yang dimaksud dengan distorsi realitas lapangan? Dan tahukah anda bahwa Jef Raskin, yang memberi nama Macintosh dan Steve Jobs (dua orang seteru) sama-sama meninggal karena kanker? Bacalah dan selamat datang di kehidupan Jobs yang warna-warni.


sangkyu

sangkyu