Selamat Datang
![Selamat Datang](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitFYANHhjgHOIs2nzgcwhKz636QbRHYuZo6V546lWGH1SmGkip5IIt14BT6bJKBvgvC3FONUzguq2O1aA526G4kL2lmszXsrV17lPviM4MXJohLZvu2n4dyOY5jqpOwbkjVXjy7LB7EtnZ/s1600/gambar-animasi-bergerak-selamat-datang.gif)
Sabtu, 25 Januari 2014
Kamis, 02 Januari 2014
Resensi Buku: Steve Jobs (Part 3 Resensi Bahasa Indonesia)
Judul Buku : Steve Jobs
Penulis : Walter Isaacson
Terbitan : Simon & Schuster, New York,
2011
Tebal : 742 halaman; 23,5
cm
Penerjemah : Word++Translation Service & Tim Bentang
Penyunting : Tim Bentang
Pemeriksa Aksara : Tim Bentang
Penata Aksara : gores_pena
Penerbit :
Bentang, Yogyakarta, 2011 [cet.2,2011]
Jenis Cover : Soft Cover
Kategori :
Biografi
Text :
Bahasa Indonesia
Harga Buku :
Rp. 119.000,00
“Gila kendali”. Dua
kata inilah kata yang tepat untuk menggambarkan sosok Steve Jobs.Baginya,
setiap produk Apple Computer tidak sekedar temuan teknologi, tapi
sebuah karya seni bernilai tinggi. Jobs menganggap, menambahkan perangkat keras
atau perangkat lunak pada produk teknologi Apple sama dengan laku anak jalanan
yang menambahkan coretan di lukisan karya Pablo Picasso. Itu jelas haram
hukumnya. Inilah yang menjadi alasan mengapa Jobs menutup rapat kode sumber (source
code) program serta perangkat keras setiap produk Apple, meski jiwa
pemberontak khas peretas (hacker) juga eksis di dalam dirinya.
Naam, Jobs adalah
seorang teknolog piawai cum seniman sejati. Tentu saja, ia juga
seorang perfeksionis. Ia menuntut kesempurnaan meski harus berdebat dengan
anggota tim produksi Apple. Ketika komputer Macintosh dalam tahap produksi,
kepada James Ferris, direktur layanan kreatif, Jobs berkeras, “Kita harus
membuatnya terlihat klasik sehingga tidak ketinggalan zaman, seperti Volkswagen
Beetle..seni besar menciptakan selera, bukan mengikuti selera.. Itulah yang
harus kita lakukan dengan Macintosh.” Jobs tidak hanya menuntut kesempurnaan di
sisi tampilan luar produknya, dan ini yang paling ekstrim, ia pernah memaksa
timnya untuk mengubah tampilan memori yang akan mereka gunakan di Macintosh,
meski bagian tersebut tak akan terlihat oleh konsumen. “Bagian itu sangat
indah. Namun lihatlah chip memorinya. Jelek sekali. Garisnya terlalu
berdekatan.. Aku ingin agar memori chip itu dibuat seindah mungkin, meskipun
tempatnya berada di dalam kotak. Seorang tukang kayu yang hebat tidak akan
menggunakan kayu jelek untuk membuat bagian belakang sebuah lemari, meskipun
tak seorang pun akan melihatnya,” tegas Jobs.
Jika timnya mulai
menentang idenya, Jobs spontan melakukan serangan balik dengan jurusnya yang
sangat menakutkan dan terkenal di kalangan orang-orang terdekatnya, yaitu
distorsi realitas lapangan; sebauh istilah yang diambil dari film Star
Trek oleh salah seorang tim Macintosh, Bud Tribble, untuk sekedar
memperhalus fakta bahwa Jobs suka membohongi kenyataan di lapangan dan memaksa
orang lain agar percaya dengan apa yang ia yakini. “Jika sebuah argumen yang
dia gunakan tidak berhasil membujuk orang lain maka dia akan dengan sigap
menggantinya dengan argumen lain. Terkadang, dia akan membuatmu merasa
kehilangan keseimbangan secara medadak, menjadikan pendapatmu sebagai
pendapatnya sendiri, tanpa menyadari bahwa dia pernah memiliki pendapat yang
berbeda,” kenang Andy Hertzfeld.
Sampai di sini, maka
harus pula disebut bahwa Jobs juga merupakan pribadi keras kepala yang lebih
percaya pada intuisinya dan tak mau tunduk begitu saja pada kenyataan. Ketika
seorang wartawan menanyakan, apakah Jobs melakukan survei terlebih dahulu
sebelum melepas sebuah produk, dengan enteng ia menjawab, “Apa Alexander Graham
Bell melakukan penelitian pasar sebelum dia menemukan telepon?”
Perpaduan dalam diri
Jobs, antara keahlian di bidang teknologi, seni, dan sifat keras kepala ketika
memperjuangkan keyakinan inilah yang membuat setiap orang berdecak kagum
terhadap produk Apple.Ia tidak saja menjual teknologi canggih, namun juga
menjual keindahan dalam satu kesatuan utuh dan tak terpisahkan. Hal ini juga
yang menjadikan produk Apple sebagai standar bagi produsen lainnya dalam
menciptakan teknologi serupa.Apple dan Jobs tidak sekedar mengubah kecenderungan
teknologi, tetapi juga mengubah nilai dalam peradaban kita.Dan, ya, orang-orang
hebat selalu lahir dari kemampuan melaraskan langkah otak kiri dan otak kanan,
meski mereka tak selalu menjadi pemenang.
v Menurut
kelompok kami Steven Jobs adalah pemimpin yang memiliki karakteristik sebagai
berikut :
1. Tanggung jawab yang seimbang
Keseimbangan di sini adalah
antara tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan dan tanggung jawab
terhadap orang yang harus melaksanakan pekerjaan tersebut. Ini terbukti dari
Jobs juga memiliki prestasi besar pada masa itu. Dia adalah orang yang
menggabungkan papan sirkuit buatan Wozniak menjadi paket yang menyenangkan,
mulai dari rangkaian pencatu daya, hingga kotak yang keren. Dia juga yang
menyebabkan perusahaan berkembang pesat berkat mesin buatan Wozniak. Jobs juga
menciptakan perusahaan hebat dengan brand yang bernilai. Dia menciptakan dua
brand terbaik pada eranya-Apple dan Pixar.
2. Mempunyai kemampuan untuk
meyakinkan orang lain
Pemimpin yang sukses adalah
pemimpin yang dapat menggunakan keterampilan komunikasi dan pengaruhnya untuk
meyakinkan orang lain akan sudut pandangnya serta mengarahkan mereka pada
tanggung jawab total terhadap sudut pandang tersebut. Ini terbukti dengan
Steve Jobs adalah seorang yang genius yang memiliki sifat perfeksionis yang
cenderung menuntut dan selalu mampu membujuk klien-kliennya untuk bekerja
sama. Dia memang bukan orang yang ahli dalam teknologi melainkan dia
mampu membuat ide-ide bisnis dan inovasi baru yang berbeda dalam pengembangan
produk Applenya walau pernah jatuh bangun dan bahkan pernah dikeluarkan dari
perusahaan yang dia bangun sendiri.
3. Memiliki pengaruh positif
Pemimpin yang baik memiliki
pengaruh terhadap karyawannya dan menggunakan pengaruh tersebut untuk hal-hal
yang positif. Ini terbukti dari Steve adalah satu-satunya penyelamat Apple
sehingga harga saham Apple dapat melejit naik sebesar 11% setelah merosotnya
penjualan Apple sebesar 30% sepanjang dua tahun sebelumnya. Dia juga
merampungkan pekerjaan terkait iklan “Think Different”. Dia juga menjadi
pemimpin de facto sejak amelio diberhentikan sepuluh minggu sebelumnya, tetapi
hanya selaku “penasihat”. Semenjak status Jobs selaku iCEO telah berkembang
dari sementara menjadi seterusnya beban yang harus dipikul Jobs karena
mengelola dua perusahaan amatlah berat dan saat itulah kesehatannya mulai
memburuk.
v Kepemimpinan
Stevn Jobs dalam pengembangan TQM :
1. Kepemimpinan Otokratis
Kepemimpinan
otokratis disebut juga kepemimpinan dictator atau direktif. Orang yang menganut
pendekatan ini mengambil keputusan tanpa berkonsultasi dengan para karyawan
yang harus melaksanakannya atau karyawan yang dipengaruhi keputusan tersebut.
Mereka menentukan apa yang harus dilakukan orang lain dan mengharapkan mereka mematuhinya.
Ini terbukti dari Berawal ketika teman Steve yang bernama Wozniak yang menyukai
permainan video, film berlayar hotel, desain kalkulator ilmiah, dan desain
terminal TV memikirkan tentang mikroprosesor sebuah cip yang berisi seluruh
unit pemrosesan terpusat, memiliki ide sebuah pemikiran yang bersifat abadi,
dengan tampilan sebuah keyboard, layar, dan perangkat komputer yang dirangkai
dalam satu paket komputer pribadi terpaku yang nantinya akan disebut dengan
Apple I. Steve berusaha meyakinkan Wozniak untuk merakit dan menjualnya, Woz
pun berhasil membuatnya dan setiap dia berhasil mendesain sesuatu yang hebat,
Steve akan menemukan cara agar mereka mendapatkan uang. Dia merupakan pemimpin
yang penuh semangat dan bersikeras selalu mengutamakan kualitas di setiap
produknya dengan sempurna. Hanya saja dia memiliki sifat yang cenderung
pemarah, keras kepala, dan bau yang tidak mau mandi yang membuat para
pekerja itu merasa gerang akan sifatnya tersebut yang membuat dia tidak disukai
bahkan dipecat dari perusahaan Apple itu sendiri.
Kelebihan : buku ini
menceritakan secara detail perjalanan hidup sang genius, Steve Jobs, sehingga dapat
memotivasi dan menjadi penyemangat pembaca untuk kehidupan. Buku ini juga tidak
hanya terbatas pada kalangan tertentu saja, tapi juga mencakup semua kalangan. Dari
anak kecil hingga orang dewasa.
Kekurangan : bahasa yang digunakan terlalu sulit, atau menggunakan
bahasa tingkat tinggi, sehingga menyulitkan pembaca untuk dapat cepat memahami.
Dan juga karena bahasa yang terlalu baku membuat pembaca cepat merasa bosan
ketika membacanya. Hal ini kemungkinan karena buku Steve Jobs merupakan hasil
terjemahan (alih bahasa) yang diterjemahi oleh Word++Translation
Service & Tim Bentang.
SINOPSIS BUKU – Steve Jobs (Part 2 Resensi Bahasa Indonesia)
Judu : Steve Jobs
No.
ISBN : 0019005466
Penulis : Walter Isaacson
Penerbit : Bentang Pustaka
Tanggal
terbit : Oktober – 2011
Jumlah Halaman : 742
Jenis
Cover : Soft Cover
Kategori : Biografi
Text : Bahasa Indonesia
Ini adalah buku biografi eksklusif tentang Steve Jobs yang
ditulis oleh pengarang buku biografi best seller tentang Benjamin Franklin dan
Albert Einstein.
Setelah melakukan wawancara lebih dari empat puluh kali
dengan Jobs selama dua tahun, serta wawancara dengan lebih dari seratus anggota
keluarga, sahabat, musuh, pesaing, dan kolega Jobs, Walter Isaacson menulis
sebuah kisah memukau tentang tentang jatuh-bangunnya seorang pengusaha kreatif
dan kepribadiannya yang menggugah dengan gairah akan kesempurnaan dan kontrol
gila-gilaannya yang berhasil merevolusi enam industri: komputer pribadi, film
animasi, musik, ponsel, computer tablet, dan penerbitan digital.
Saat Amerika mencari cara untuk mempertahankan keinovatifan,
Jobs muncul sebagai ikon utama dunia inovasi dengan imaginasi-imaginasi yang
bisa diterapkan. Dia tahu bahwa cara terbaik untuk menciptakan sesuatu yang
berharga pada abad kedua puluh satu adalah dengan menghubungkan kreativitas dan
teknologi. Dia membangun sebuah perusahaan yang merupakan kombinasi dari
imajinasi yang tak biasa dengan teknik yang hebat.
Jobs sangat kooperatif dalam penulisan buku ini, namun
menolak mengontrol apa yang ditulis. Ia bahkan tidak mau menggunakan hak untuk
membaca naskahnya sebelum diterbitkan. Dia tidak memberikan batasan apapun. Dia
mendorong semua orang yang tahu untuk berbicara jujur. Jobs sendiri pun bicara
apa adanya, kadang brutal, tentang orang-orang yang bekerja dan berkompetisi
dengannya. Teman-teman, musuh, dan kolega-koleganya memberikan pandangan yang
sebenarnya tentang gairah, perfeksionismenya, obsesi, seni, kejahatan, dan
paksaan untuk mengontrol pendekatannya pada bisnis dan produk inovatif yang
dihasilkan.
Semangatnya yang meluap-luap membuat orang-orang di
sekeliling Jobs marah dan putus asa. Tapi kepribadian dan produknya selalu
berkaitan, seperti halnya perangkat keras Apple dan perangkat lunaknya, seolah
merupakan bagian dari sebuah sistem yang terintegrasi. Kisahnya ini memaparkan
banyak informasi sekaligus peringatan, yang sarat dengan pelajaran tentang
inovasi, karakter, kepemimpinan, dan nilai-nilai.
Walter Isaacson adalah CEO Aspen Institute. Sebelumnya ia
pernah menjadi pimpinan CNN dan manajer editor majalah Times. Buku yang pernah
ditulisnya adalah Einsten: His Life and Universe, Benjamin Franklin: An
American Life, dan Kissinger: A Biography. Isaacton juga pernah menulis The
Wise Men: Six Friends and the World They Made bersama Evan Thomas. Kini,
Isaacton dan istrinya tinggal di Washington, D. C.
- Kesederhanaan
Steve Jobs
Foto pendiri Apple Computer Corporation menghiasi
sampul depan dan belakang buku berjudul Steve Jobs by Walter Isaacson. Sorot
kedua mata Jobs tak berbeda meski foto itu diambil dalam selang waktu berbeda. Sekilas
ramah, tapi tajam menyelidik.
Senyum tipis menambah karismanya. Ia mengenakan
kaus hitam lengan panjang sebagai baju kebesarannya. Itulah gambaran besar dari
kepribadian paradoks milik Jobs yang terangkum dalam deretan kalimat yang
disusun Walter Isaacson ini. Pada musim panas 2004, Isaacson merupakan orang
yang diminta secara khusus oleh Jobs untuk menuliskan biografi dirinya saat
mereka berjalan-jalan. Cara itu menjadi ciri khas Jobs saat ia merasa perlu
menyampaikan sesuatu yang serius. Namun, Isaacson merasa waktunya belum tepat
hingga kelanjutan rencana pembuatan biografi tertunda sampai lima tahun.
Kondisi kesehatan Jobs yang menurun menjadi awal penggarapan buku tersebut
hingga akhirnya bisa diterbitkan, tak lama setelah pria 56 tahun itu wafat pada
5 Oktober 2011 belum lama ini. Isaacson memilih cerita kehidupan Paul Jobs
dan Clara Jobs sebagai pembuka kisah kehidupan lelaki kelahiran San Fransisco,
24 Februari1955, itu.
Pernikahan mereka bahagia tetapi merasa ada yang
kurang dalam kehidupan pernikahan karena belum dikaruniai anak hingga
tahun ke-9 pernikahan. Mereka pun mulai terpikir untuk mengadopsi seorang bayi.
Di lain tempat, mahasiswa pascasarjana Universitas Wins consin Joanne Schieble
mengandung bayi hasil hubungannya dengan asisten pengajar Islam dari Suriah,
Abdulfattah ‘Jhon’ Jandali. Mereka tak bisa menikah karena ditentang ayah
Joanne. Maka itu, Joanne memutuskan melahirkan diam-diam dan merencanakan
penyerahan bayinya untuk diadopsi. Hingga akhirnya, pasangan Paul dan Clara
menerima bayi itu untuk dibesarkan seperti anak kandung. SteveJobs tumbuh
menjadi pribadi yang mandiri dengan aturan yang dibuatnya sendiri. Kecemerlangan
prestasi Jobs di sekolah selalu didukung penuh oleh keduanya.
Sejak kecil, Jobs menunjukkan minat besar dalam
bidang elektronik.Ia bahkan mendapat pekerjaan di pabrik tempat memproduksi
alat pencari frekuensi milik Hewlett-Packard. Hingga akhirnya, dia pun
bertemu dengan Steve Wozniak, akrab disapa Woz, yang juga memiliki minat sama
di bidang elektronik. Duo Steve itu semakin akrab. Woz dianggap memiliki
hati yang lembut dan jujur, sedangkan Jobs dianggap lebih manipulatif. Namun,
itu tak menghentikan tindakan jahil mereka. Mereka menciptakan alat yang
mengganggu frekuensi sinyal televisi hingga alat yang dapat memanipulasi
telepon bernama Blue Box. Alat tersebut kemudian menjadi proyek pertama
mereka berdua dan kemudian menjualnya. Jobs bertindak sebagai pemasar,
sedangkan Woz sebagai teknisi. Produk mereka laku keras hingga sebuah
insiden menghentikan penjualan Blue Box.
Hubungan keduanya terus berlanjut meski mengambil
kuliah di universitas yang berbeda. Jobs memilih Universitas Reed sebagai
bentuk pemberontakan pasifnya terhadap kedua orangtuanya. Padahal,
tabungan orangtuanya tak cukup besar untuk membiayai kuliah Jobs di universitas
swasta itu. Beberapa saat kemudian, Jobs memutuskan berhenti membayar
kuliahnya dan hanya mengikuti mata kuliah yang menarik minatnya, misalnya
kelas kaligrafi. Saat itulah, ia menyadari bahwa dirinya berada di
persimpangan antara teknologi dan seni. Kesadarannya itu dituangkan dalam semua
produk yang dihasilkannya. Isaacson menggambarkannya sebagai perpaduan
antara desain yang hebat, penampilan, rasa, keeleganan, sentuhan manusia, dan
bahkan cinta. “Seandainya aku tidak pernah mengambil mata kuliah itu di
perguruan tinggi, Mac tidak akan pernah memiliki banyak sekali desain
huruf atau jenis huruf dengan spasi yang tepat.Lebih lagi, karena Windows
hanya meniru Mac, mungkin tidak ada komputer pribadi yang memiliki desain
seperti itu,” ujar Jobs sebagaimana dikutip Isaacson.
- Kelahiran Apple
Steve Jobs dan Apple memang lekat satu sama lain.
Tahukah Anda bahwa nama Apple yang dipilih sebagai nama brand tercetus begitu
saja tanpa konsep filosofis seperti dugaan banyak orang? Semua berawal
dari rancangan komputer yang dibuat Woz. Ia berhasil mengetikkan sebuah huruf
dengan keyboard dan menampilkannya pada layar komputer. Hal itulah yang
membangkitkan minat Jobs lebih besar lagi. Ia mendorong rancangan komputer Woz
agar dimodifikasi lebih sempurna lagi. Untuk itu, keduanya bersama-sama
menghadiri Klub Komputer Homebrew yang menjadi tempat pertemuan para
penyuka teknologi untuk bertukar pengetahuan secara gratis. Awalnya, Jobs
tak begitu mempermasalahkan hingga ia melihat peluang bisnis dalam produk Woz.
Ia berusaha meyakinkan Woz yang terlalu pemalu itu untuk mulai menjual produk
secara komersial.
Mereka pun akhirnya mulai mengumpulkan modal untuk
usaha yang baru dirintis tersebut, termasuk menggaet Rob Wayne untuk menanam
saham. Modal terkumpul dan mereka membutuhkan nama bagi perusahaan mereka. Jobs
yang sebelumnya baru pulang dari memangkas apel varietas gravenstain
mencetuskan beberapa nama. Deretan nama itu tak ada yang menarik sampai ia
terpikir untuk menggunakan Apple sebagai nama. Pemilihan itu bertahan hingga
akhirnya tak terpikir nama lain. “Saat itu, aku sedang melakukan diet buah
.Aku baru saja kembali dari kebun apel. Nama itu kedengarannya menyenangkan, penuh
semangat, dan tidak mengintimidasi. Selain itu, nama perusahaan kami akan
berada di atas Atari dalam daftar buku telepon,” jelas Jobs soal nama
tersebut.
Pembeli pertama produk mereka adalah Paul Terrel. Ia memesan 50 papan Apple I yang harus diselesaikan dalam jangka waktu sebulan. Jobs, Woz, Wayne, dan beberapa kawannya bekerja siang malam di garasi rumah orangtua Jobs untuk menyelesaikan pesanan tersebut tepat waktu. Keuntungan pun akhirnya diraih setelah penjualan perdana tersebut.
Pembeli pertama produk mereka adalah Paul Terrel. Ia memesan 50 papan Apple I yang harus diselesaikan dalam jangka waktu sebulan. Jobs, Woz, Wayne, dan beberapa kawannya bekerja siang malam di garasi rumah orangtua Jobs untuk menyelesaikan pesanan tersebut tepat waktu. Keuntungan pun akhirnya diraih setelah penjualan perdana tersebut.
Jobs merupakan orang yang memercayai kehidupan
spiritual. Ia pernah menjadi penganut Kristen hingga berhenti karena kejadian
kelaparan di Afrika. Pencariannya kemudian berlanjut hingga ia
terpukau oleh ajaran Buddha Zen. Ia juga sangat terinspirasi oleh buku karangan
Baba Ram Dass berjudul Be Here Now, sampai-sampai ia menjauhkan diri dari
hal yang bersifat materi. Spiritualitas Jobs juga menciptakan kepribadian yang
nyentrik.Ia tak canggung berjalan-jalan tanpa alas kaki. Ia juga diet ketat
dengan hanya mengonsumsi apel dan wortel selama berminggu-minggu sebagai bagian
dari pola hidup vegan. Hal itu membuat badannya kurus kering. Belum lagi soal
kebiasaannya jarang mandi. Namun, temperamennya menunjukkan hal yang
sebaliknya. Ia mudah marah dan berteriak jika tak memperoleh kesempurnaan.
Buku ini tidak dipenuhi pujian terhadap Jobs. Penulis
berhasil menggambarkan pribadi Jobs sebagai manusia yang diisi emosi, hasrat,
cinta, pengorbanan, ambisi, dan lainnya. Semakin banyak menelusuri
biografi ini, semakin menyadarkan diri bahwa Ste ve Jobs bukanlah manusia
sempurna. Dia memikat sekaligus ‘berbahaya’. Perpaduan yang menjadikannya
pribadi ajaib.
BIOGRAFI – Steve Jobs (Part 1 Resensi Bahasa Indonesia)
Buku
biografi Steve Jobs ini merupakan salah satu buku terlaris di
tahun 2011 (menurut sumber berita yang pernah saya baca beberapa hari lalu).
Buku yang ditulis oleh Walter Isacsson ini mengundang banyak peminat dan
pecinta teknologi informasi. Terutama bagi para pecinta produk dan gadget
buatan Apple yang fenomenal. Kepergian Steve Jobs pada tanggal 5
Oktober tahun 2011 lalu tentu banyak meninggalkan jejak yang fenomenal atas
ide-idenya, sehingga perlu dituangkan dalam sebuah biografi. Bahkan buku ini
telah dicetak dalam berbagai macam bahasa. Penulis buku ini merupakan seorang
wartawan yang dipercayakan Jobs untuk menulis tentang kehidupannya. Sumber-sumber
yang diperoleh berasal dari Jobs sendiri, keluarga, serta teman-teman dekat
Jobs, bahkan musuh/pesaingnya.
Steve Jobs adalah sosok jenius dan temperamen dalam hal
inovasi teknologi.Berbagai macam produk hasil ide dan pemikirannya menghasilkan
budaya yang berkembang di masyarakat digital. Beberapa perusahaan yang
dikelolanya dengan sukses yaitu Apple, Next, dan Pixar. Sejarah dan kisah-kisah
pendirian perusahaan tersebut dijelaskan secara gamblang dalam buku ini.
Bagaimana Jobs menghadapi masa-masa yang sulit, hingga ia pernah dikeluarkan
dari perusahannya sendiri, Apple, kemudian pada akhirnya masuk kembali berkat
kehebatannya.
Perpaduan dalam diri Jobs, antara keahlian di bidang teknologi, seni,
dan sifat keras kepala ketika memperjuangkan keyakinan inilah yang membuat
setiap orang berdecak kagum terhadap produk Apple. Ia tidak saja menjual
teknologi canggih, namun juga menjual keindahan dalam satu kesatuan utuh dan
tak terpisahkan. Hal ini juga yang menjadikan produk Apple sebagai standar bagi
produsen lainnya dalam menciptakan teknologi serupa. Apple dan Jobs tidak
sekedar mengubah kecenderungan teknologi, tetapi juga mengubah nilai dalam
peradaban kita. Dan, ya, orang-orang hebat selalu lahir dari kemampuan
melaraskan langkah otak kiri dan otak kanan, meski mereka tak selalu menjadi
pemenang.
Cerita masa kecil Jobs yang beralur semakin menjelaskan kharisma Jobs sebagai manusia yang
tumbuh di antara pengalaman-pengalamannya yang membentuk karakter Jobs sendiri. Ia dikenal
sebagai seorang yang keras kepala kepada semua orang yang menurutnya tidak
melakukan sesuatu dengan baik dan sempurna. Akan tetapi, semua itu ditujukan atas
obsesinya untuk menciptakan segala sesuatu dengan sempurna dan inovatif. Jobs juga penyuka seni, ia
banyak mengamati desain sebuah produk yang mudah dalam penggunaan, tidak hanya
berfokus pada fungsional. Komputer Mac, iPhone, iPad, Mac OS merupakan beberapa
brand Apple yang sukses di pasaran.
Kisah cinta Jobs dengan beberapa mantan kekasihnya dianggap
sebagai sisi romantis seorang Jobs. Ia sempat berpacaran dengan Chrisann Brennan
(teman SMA), Jennifer Egan (mahasiswi University Pennsylvania yang bekerja di
sebuah tabloid mingguan San Fransisco), Tina Redse (karyawan Apple Foundation),
Joan Baez (penyanyi & penulis lagu perlawanan Amerika terkenal), dan
Laurene Powell (sekarang istrinya). Banyak hubungannya yang putus nyambung
karena beda prinsip.
Jobs bukanlah seorang yang bisa melakukan segalanya, tapi ia piawai
untuk mengarahkan karyawannya dalam bekerja. Banyak ide yang justru terlahir
dari anak buah/karyawan/teman dekatnya di perusahaan, tapi Jobs bisa menjelaskan ide
tersebut kepada orang lain seolah olah ialah yang punya ide tersebut. Jobs juga bukan orang yang
mudah dipengaruhi. Jobs selalu ingin berbeda dengan perusahaan-perusahaan yang sudah
ada ketika itu. Seperti kita ketahui Palo Alto, tempat bermukim &
perusahaan Jobs berdiri, sampai sekarang dikenal sebagai gudang teknologi. Banyak
perusahaan di bidang komputer, elektronik, semikonduktor, dan internet dalam
skala besar berlokasi di daerah tersebut.
Jobs tidak bekerja sendiri, ia kadang memilih orang-orang yang
dipercayainya bisa melakukan sesuatu dengan tuntas. Misalnya ia dibantu oleh
Stephen Wozniak yang kuper untuk melakukan coding aplikasi yang sedang
dikembangkan Apple. Juga John Sculley, seorang eksekutif minuman ringan Pepsi,
yang akhirnya dinobatkan sebagai CEO Apple untuk membantu di bidang pemasaran
produk.
Rivalitas Jobs dengan Bill Gates sangat menarik untuk
disimak.Pertarungan keduanya melahirkan persaingan yang terus mengepul hingga
sekarang.Mac vs Microsoft.Dalam buku ini juga banyak diceritakan tentang
pentingnya sebuah iklan produk yang fantastis bisa mempengaruhi semua penonton.
Juga gaya presentasi Jobs yang selalu bisa membuat pendengarnya
melakukan standing ovation di setiap acara perilisan produk baru
Apple.
Buku ini dalam versi Bahasa Indonesia mempunyai lebih dari 700
halaman. Meskipun demikian, banyak pembaca buku ini yang mereferensi bahwa
membaca buku ini tidak akan membuat bosan. Banyak hal-hal menarik yang bisa
ditemukan, meskipun bahasa yang dituliskan kadang sedikit kaku, karena murni
hasil terjemahan aslinya dalam Bahasa Inggris. Bagi saya buku ini adalah
seorang buku biografi untuk seorang yang selalu ingin berpikir inovatif,
bagaimana cara mengelola sebuah usaha kreatif di bidang teknologi informasi dan
multimedia di masa sekarang. Totalitas dan konsistensi selalu jadi kunci utama
yang diperlukan untuk membangun kehebatan kreativitas.
v Fakta-Fakta Steve Jobs
·
Ayah Kandung
: Abdulfattah
"John" Jandali
·
Ibu Kandung
: Joanne Schieble
Jandali Simpson
·
Ayah Angkat
: Paul Reinhold
Jobs
·
Ibu Angkat
: Clara
·
Saudara Angkat :
Patty Jobs (hasil adopsi lain Paul Jobs & Clara)
·
Adik Kandung :
Mona Simpson
·
Istri : Laurene : Powell
·
Anak Kandung :
Lisa Brennan (dari Chrisann Brennan), Reed Jobs (anak pertama dgn Laurene),
Erin Jobs (anak kedua dgn Laurene), Eve Jobs (anak ketiga dgn
Laurene)
·
Perusahaan yang Pernah Dipimpin : Apple, NeXT, Pixar
·
Musik Favorit : Bob
Dylan, The Beatles, The Rolling Stones
Buku ini hanya memerlukan satu kata saja “
inspiratif ” untuk menunjukkan bahwa ia sangat layak untuk dibaca oleh
siapapun. Steve Jobs dikenal dengan presentasi-presentasinya yang
memukau dan kata-katanya yang “bersayap”. Namun buku ini menguak lebih
dalam lagi sisi kehidupan Steve Jobs yang mungkin belum
anda ketahui.
Terus terang saja saya lebih mengenal Bill Gates
dari pada Steve Jobs sebagaimana lebih banyak orang yang
menggunakan Windows daripada Macintosh. Saya tidak terlalu akrab dengan Mac. Karenanya
tentu saja saya tidak begitu peduli dengan Steve Jobs. Bahkan ketika
membaca sebuah artikel yang berisi berita bahwa Jobs didiagnosa menderita
kanker pun saya tidak begitu peduli. Reaksi saya sangat jauh berbeda dengan
ketika saya mendapati sebuah artikel yang berisi cemoohan terhadap Bill Gates. Orang
yang mencemooh Bill Gates adalah orang bar-bar, begitu pikir saya saat itu
(pemikiran yang terus saya pertahankan hingga akhirnya saya mengenal Richard
Stallman beserta ide-idenya). Namun Jobs adalah orang besar dibalik Apple
Computer. Karena itu, saya harus mengenalnya lebih dalam. Steve Jobs adalah seorang yang
sangat perfeksionis. Dan Walter Isaacson, penulis buku ini, adalah seorang
penulis biografi yang dipilih Jobs untuk menuliskan riwayat hidupnya. Kesimpulan
saya, buku ini pasti dapat memuaskan keingintahuan saya terhadap kehidupan Steve Jobs. Dan saya benar. Ibu
biologis Steve Jobs, Joanne Schieble, hamil di luar nikah dengan
seorang asisten pengajar muslim dari Suriah, Abdulfattah Jandali. Hubungan
Joanne dengan Jandali tentu tidak direstui. Karenanya, ketika Jobs lahir, ia diserahkan
untuk diadopsi. Sedianya Jobs akan diadopsi oleh pasangan pengacara karena
Joanne menginginkan agar Jobs diadopsi oleh lulusan perguruan tinggi. Namun
pasangan pangacara itu membatalkan niatnya karena mereka menginginkan seorang
anak perempuan. Jobs akhirnya diadopsi oleh seorang yang bahkan tidak lulus sekolah
menengah, Paul Jobs, seorang yang memiliki minat besar di bidang permesinan.
Awalnya Joanne tidak mau menandatangani surat adopsi. Namun setelah Paul Jobs berjanji bahwa ia
akan menyekolahkan Jobs sampai ke perguruan tinggi, barulah Joanne setuju. Akan tetapi,
orang tua yang menyerahkan dirinya untuk diadopsi tak pelak melukai jiwanya.
Seorang teman dekat Jobs, Del Yocam mengatakan: “Menurutku, keinginannya untuk
mengendalikan apa pun yang dia ciptakan, berasal langsung dari kepribadiannya
dan fakta bahwa dia telah ditinggalkan ketika lahir.” (hal. 6).
Coba anda perhatikan kalimat Del Yocam
berikut: ....keinginannya untuk mengendalikan apa pun yang dia
ciptakan...... Apa maksudnya? Komputer Apple paling terkemuka sepanjang
masa, Macintosh, sebenarnya dinamai demikian oleh Jef Raskin.McIntosh adalah
jenis apel kesukaan Raskin. Ejaannya diubah menjadi Macintosh agar tidak
menyamai nama pembuat peralatan audio, McIntosh Laboratory. Namun Raskin berbeda
pandangan dengan Jobs soal performa Macintosh. Raskin hanya ingin sebuah komputer
dengan harga $1.000. Dengan harga serendah itu, sudah bisa dipastikan bahwa
performa komputer itu biasa-biasa saja. Berbeda dengan Raskin, Jobs menginginkan sebuah
komputer yang hebat.Ia tidak mempedulikan berapa harga yang akan dibandrol.
Menurutnya, komputer hebat layak untuk dihargai dengan harga yang tinggi. Raskin
pun dipecat.
Bisa jadi masa lalu Jobs juga sangat
berpengaruh pada kepribadiannya yang kasar bahkan kejam. Jobs mengelompokkan orang
yang bekerja di sekelilingnya dengan orang-orang yang “mendapatkan pencerahan”
dan orang-orang yang “tidak baik”. Hasil karya mereka juga dinilai sebagai
karya yang “terbaik” atau “sampah”. Ia seringkali meneriaki ide orang yang bekerja
padanya sebagai sampah. Namun jika beberapa hari kemudian ia menyetujui ide
itu, ia akan membicarakannya kepada setiap orang sehingga seolah-olah ide itu
berasal dari dirinya. Meskipun Jobs sering mencela, ia sangat menghormati orang
yang memiliki keyakinan terhadap idenya. Jika Jobs mencela salah seorang
insinyurnya dan sang insinyur membantah dengan mengatakan bahwa ia sedang
melakukan yang terbaik, Jobs seringkali bisa menerima ide itu. Jobs pernah melihat kerja
Bill Atkinson dan mencelanya sebagai sampah. Atkinson membantahnya dan
menjelaskan mengapa yang ia kerjakan merupakan sesuatu yang terbaik. Jobs pun menyerah.
Berdasarkan pengalamannya, Atkinson mengajari
rekan-rekannya agar menerjemahkan celaan “sampah” Jobs dengan: “katakan
kepadaku mengapa itu adalah cara terbaik untuk melakukannya”. (hal. 157).
Banyak orang yang tidak menyukai gaya kepemimpinan Jobs. Tetapi, orang-orang
terdekat Steve Jobs adalah orang-orang yang memiliki kepribadian kuat. Bukan
para penjilat.
Buku ini memang biografi Steve Jobs. Namun sebenarnya
saya menginginkan agar Stephen Wozniak mendapatkan porsi yang banyak mengingat
ia adalah salah seorang di balik kesuksesan Jobs. Ia lah yang
menciptakan Apple yang pertama. Dan ia jugalah satu -satunya orang yang tidak
pernah dicela atau diperlakukan kasar oleh Jobs. Mungkin perlu buku
setebal buku Jobs ini untuk menuliskan riwayat hidup Steve Wozniak. Mengulang
tulisan saya di awal, saya sangat menyarankan anda membaca buku ini. Ada banyak
hal dari Steve Jobs dan Apple Computer yang perlu kita ketahui. Jobs
mungkin orang yang sangat serius dan kaku. Namun siapa sangka jika di masa
mudanya, bersama Wozniak, ia seringkali melakukan kenakalan dengan memanfaatkan
kemampuannya di bidang elektronika? Apa hubungan logo Apple (apel tergigit)
dengan Alan Turing, penemu komputer pertama yang mati bunuh diri dengan
menggigit apel berlapis sianida? Apa yang dimaksud dengan distorsi realitas
lapangan? Dan tahukah anda bahwa Jef Raskin, yang memberi nama Macintosh dan
Steve Jobs (dua orang seteru) sama-sama meninggal karena kanker? Bacalah dan
selamat datang di kehidupan Jobs yang warna-warni.
Langganan:
Postingan (Atom)
sangkyu
![sangkyu](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKS05Ywit6heGq6_wVMN0Cef5NXVJnpNZSEvdDO1HJIALR3nsdpZYtUreIQa-1C1J2EG9tskl70_2kP6tf2YSs8g8YfkE81-xDBhSR6wjzk73eTn23GJPO90EiedQAMaGkg1l_JXOZ9Xg6/s1600/Animasi+bergerak+untuk+powerpoint+%252814%2529+terima+kasih.gif)