Selamat Datang

Selamat Datang

Kamis, 02 Januari 2014

Resensi Buku: Steve Jobs (Part 3 Resensi Bahasa Indonesia)



Judul Buku                  : Steve Jobs
Penulis                         : Walter Isaacson
Terbitan                       : Simon & Schuster, New York, 2011
Tebal                           : 742 halaman; 23,5 cm
Penerjemah                  : Word++Translation Service & Tim Bentang
Penyunting                  : Tim Bentang
Pemeriksa Aksara        : Tim Bentang
Penata Aksara             : gores_pena
Penerbit                     : Bentang, Yogyakarta, 2011 [cet.2,2011]
Jenis Cover                  : Soft Cover
Kategori                      : Biografi      
Text                             : Bahasa Indonesia
Harga  Buku               : Rp. 119.000,00
“Gila kendali”. Dua kata inilah kata yang tepat untuk menggambarkan sosok Steve Jobs.Baginya, setiap produk Apple Computer tidak sekedar temuan teknologi, tapi sebuah karya seni bernilai tinggi. Jobs menganggap, menambahkan perangkat keras atau perangkat lunak pada produk teknologi Apple sama dengan laku anak jalanan yang menambahkan coretan di lukisan karya Pablo Picasso. Itu jelas haram hukumnya. Inilah yang menjadi alasan mengapa Jobs menutup rapat kode sumber (source code) program serta perangkat keras setiap produk Apple, meski jiwa pemberontak khas peretas (hacker) juga eksis di dalam dirinya.
Naam, Jobs adalah seorang teknolog piawai cum seniman sejati. Tentu saja, ia juga seorang perfeksionis. Ia menuntut kesempurnaan meski harus berdebat dengan anggota tim produksi Apple. Ketika komputer Macintosh dalam tahap produksi, kepada James Ferris, direktur layanan kreatif, Jobs berkeras, “Kita harus membuatnya terlihat klasik sehingga tidak ketinggalan zaman, seperti Volkswagen Beetle..seni besar menciptakan selera, bukan mengikuti selera.. Itulah yang harus kita lakukan dengan Macintosh.” Jobs tidak hanya menuntut kesempurnaan di sisi tampilan luar produknya, dan ini yang paling ekstrim, ia pernah memaksa timnya untuk mengubah tampilan memori yang akan mereka gunakan di Macintosh, meski bagian tersebut tak akan terlihat oleh konsumen. “Bagian itu sangat indah. Namun lihatlah chip memorinya. Jelek sekali. Garisnya terlalu berdekatan.. Aku ingin agar memori chip itu dibuat seindah mungkin, meskipun tempatnya berada di dalam kotak. Seorang tukang kayu yang hebat tidak akan menggunakan kayu jelek untuk membuat bagian belakang sebuah lemari, meskipun tak seorang pun akan melihatnya,” tegas Jobs.
Jika timnya mulai menentang idenya, Jobs spontan melakukan serangan balik dengan jurusnya yang sangat menakutkan dan terkenal di kalangan orang-orang terdekatnya, yaitu distorsi realitas lapangan; sebauh istilah yang diambil dari film Star Trek oleh salah seorang tim Macintosh, Bud Tribble, untuk sekedar memperhalus fakta bahwa Jobs suka membohongi kenyataan di lapangan dan memaksa orang lain agar percaya dengan apa yang ia yakini. “Jika sebuah argumen yang dia gunakan tidak berhasil membujuk orang lain maka dia akan dengan sigap menggantinya dengan argumen lain. Terkadang, dia akan membuatmu merasa kehilangan keseimbangan secara medadak, menjadikan pendapatmu sebagai pendapatnya sendiri, tanpa menyadari bahwa dia pernah memiliki pendapat yang berbeda,” kenang Andy Hertzfeld.
Sampai di sini, maka harus pula disebut bahwa Jobs juga merupakan pribadi keras kepala yang lebih percaya pada intuisinya dan tak mau tunduk begitu saja pada kenyataan. Ketika seorang wartawan menanyakan, apakah Jobs melakukan survei terlebih dahulu sebelum melepas sebuah produk, dengan enteng ia menjawab, “Apa Alexander Graham Bell melakukan penelitian pasar sebelum dia menemukan telepon?”
Perpaduan dalam diri Jobs, antara keahlian di bidang teknologi, seni, dan sifat keras kepala ketika memperjuangkan keyakinan inilah yang membuat setiap orang berdecak kagum terhadap produk Apple.Ia tidak saja menjual teknologi canggih, namun juga menjual keindahan dalam satu kesatuan utuh dan tak terpisahkan. Hal ini juga yang menjadikan produk Apple sebagai standar bagi produsen lainnya dalam menciptakan teknologi serupa.Apple dan Jobs tidak sekedar mengubah kecenderungan teknologi, tetapi juga mengubah nilai dalam peradaban kita.Dan, ya, orang-orang hebat selalu lahir dari kemampuan melaraskan langkah otak kiri dan otak kanan, meski mereka tak selalu menjadi pemenang.

v  Menurut kelompok kami Steven Jobs adalah pemimpin yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.    Tanggung jawab yang seimbang
Keseimbangan di sini adalah antara tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang yang harus melaksanakan pekerjaan tersebut. Ini terbukti dari Jobs juga memiliki prestasi besar pada masa itu. Dia adalah orang yang menggabungkan papan sirkuit buatan Wozniak menjadi paket yang menyenangkan, mulai dari rangkaian pencatu daya, hingga kotak yang keren. Dia juga yang menyebabkan perusahaan berkembang pesat berkat mesin buatan Wozniak. Jobs juga menciptakan perusahaan hebat dengan brand yang bernilai. Dia menciptakan dua brand terbaik pada eranya-Apple dan Pixar.
2.    Mempunyai kemampuan untuk meyakinkan orang lain
Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang dapat menggunakan keterampilan komunikasi dan pengaruhnya untuk meyakinkan orang lain akan sudut pandangnya serta mengarahkan mereka pada tanggung jawab  total terhadap sudut pandang tersebut. Ini terbukti dengan Steve Jobs adalah seorang yang genius yang memiliki sifat perfeksionis yang cenderung menuntut dan selalu mampu membujuk klien-kliennya untuk bekerja sama.  Dia memang bukan orang yang ahli dalam teknologi melainkan dia mampu membuat ide-ide bisnis dan inovasi baru yang berbeda dalam pengembangan produk Applenya walau pernah jatuh bangun dan bahkan pernah dikeluarkan dari perusahaan yang dia bangun sendiri.
3.    Memiliki pengaruh positif
Pemimpin yang baik memiliki pengaruh terhadap karyawannya dan menggunakan pengaruh tersebut untuk hal-hal yang positif. Ini terbukti dari Steve adalah satu-satunya penyelamat Apple sehingga harga saham Apple dapat melejit naik sebesar 11% setelah merosotnya penjualan Apple sebesar 30% sepanjang dua tahun sebelumnya. Dia juga merampungkan pekerjaan terkait iklan “Think Different”. Dia juga menjadi pemimpin de facto sejak amelio diberhentikan sepuluh minggu sebelumnya, tetapi hanya selaku “penasihat”. Semenjak status Jobs selaku iCEO telah berkembang dari sementara menjadi seterusnya beban yang harus dipikul Jobs karena mengelola dua perusahaan amatlah berat dan saat itulah kesehatannya mulai memburuk.

v  Kepemimpinan Stevn Jobs dalam pengembangan TQM :
1.    Kepemimpinan Otokratis
Kepemimpinan otokratis disebut juga kepemimpinan dictator atau direktif. Orang yang menganut pendekatan ini mengambil keputusan tanpa berkonsultasi dengan para karyawan yang harus melaksanakannya atau karyawan yang dipengaruhi keputusan tersebut. Mereka menentukan apa yang harus dilakukan orang lain dan mengharapkan mereka mematuhinya. Ini terbukti dari Berawal ketika teman Steve yang bernama Wozniak yang menyukai permainan video, film berlayar hotel, desain kalkulator ilmiah, dan desain terminal TV memikirkan tentang mikroprosesor sebuah cip yang berisi seluruh unit pemrosesan terpusat, memiliki ide sebuah pemikiran yang bersifat abadi, dengan tampilan sebuah keyboard, layar, dan perangkat komputer yang dirangkai dalam satu paket komputer pribadi terpaku yang nantinya akan disebut dengan Apple I. Steve berusaha meyakinkan Wozniak untuk merakit dan menjualnya, Woz pun berhasil membuatnya dan setiap dia berhasil mendesain sesuatu yang hebat, Steve akan menemukan cara agar mereka mendapatkan uang. Dia merupakan pemimpin yang penuh semangat dan bersikeras selalu mengutamakan kualitas di setiap produknya dengan sempurna. Hanya saja dia memiliki sifat yang cenderung pemarah, keras kepala, dan bau yang tidak mau mandi  yang membuat para pekerja itu merasa gerang akan sifatnya tersebut yang membuat dia tidak disukai bahkan dipecat dari perusahaan Apple itu sendiri.
Kelebihan        : buku ini menceritakan secara detail perjalanan hidup sang genius, Steve Jobs, sehingga dapat memotivasi dan menjadi penyemangat pembaca untuk kehidupan. Buku ini juga tidak hanya terbatas pada kalangan tertentu saja, tapi juga mencakup semua kalangan. Dari anak kecil hingga orang dewasa.
Kekurangan     :  bahasa yang digunakan terlalu sulit, atau menggunakan bahasa tingkat tinggi, sehingga menyulitkan pembaca untuk dapat cepat memahami. Dan juga karena bahasa yang terlalu baku membuat pembaca cepat merasa bosan ketika membacanya. Hal ini kemungkinan karena buku Steve Jobs merupakan hasil terjemahan (alih bahasa) yang diterjemahi oleh Word++Translation Service & Tim Bentang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

sangkyu

sangkyu