Judu : Steve Jobs
No.
ISBN : 0019005466
Penulis : Walter Isaacson
Penerbit : Bentang Pustaka
Tanggal
terbit : Oktober – 2011
Jumlah Halaman : 742
Jenis
Cover : Soft Cover
Kategori : Biografi
Text : Bahasa Indonesia
Ini adalah buku biografi eksklusif tentang Steve Jobs yang
ditulis oleh pengarang buku biografi best seller tentang Benjamin Franklin dan
Albert Einstein.
Setelah melakukan wawancara lebih dari empat puluh kali
dengan Jobs selama dua tahun, serta wawancara dengan lebih dari seratus anggota
keluarga, sahabat, musuh, pesaing, dan kolega Jobs, Walter Isaacson menulis
sebuah kisah memukau tentang tentang jatuh-bangunnya seorang pengusaha kreatif
dan kepribadiannya yang menggugah dengan gairah akan kesempurnaan dan kontrol
gila-gilaannya yang berhasil merevolusi enam industri: komputer pribadi, film
animasi, musik, ponsel, computer tablet, dan penerbitan digital.
Saat Amerika mencari cara untuk mempertahankan keinovatifan,
Jobs muncul sebagai ikon utama dunia inovasi dengan imaginasi-imaginasi yang
bisa diterapkan. Dia tahu bahwa cara terbaik untuk menciptakan sesuatu yang
berharga pada abad kedua puluh satu adalah dengan menghubungkan kreativitas dan
teknologi. Dia membangun sebuah perusahaan yang merupakan kombinasi dari
imajinasi yang tak biasa dengan teknik yang hebat.
Jobs sangat kooperatif dalam penulisan buku ini, namun
menolak mengontrol apa yang ditulis. Ia bahkan tidak mau menggunakan hak untuk
membaca naskahnya sebelum diterbitkan. Dia tidak memberikan batasan apapun. Dia
mendorong semua orang yang tahu untuk berbicara jujur. Jobs sendiri pun bicara
apa adanya, kadang brutal, tentang orang-orang yang bekerja dan berkompetisi
dengannya. Teman-teman, musuh, dan kolega-koleganya memberikan pandangan yang
sebenarnya tentang gairah, perfeksionismenya, obsesi, seni, kejahatan, dan
paksaan untuk mengontrol pendekatannya pada bisnis dan produk inovatif yang
dihasilkan.
Semangatnya yang meluap-luap membuat orang-orang di
sekeliling Jobs marah dan putus asa. Tapi kepribadian dan produknya selalu
berkaitan, seperti halnya perangkat keras Apple dan perangkat lunaknya, seolah
merupakan bagian dari sebuah sistem yang terintegrasi. Kisahnya ini memaparkan
banyak informasi sekaligus peringatan, yang sarat dengan pelajaran tentang
inovasi, karakter, kepemimpinan, dan nilai-nilai.
Walter Isaacson adalah CEO Aspen Institute. Sebelumnya ia
pernah menjadi pimpinan CNN dan manajer editor majalah Times. Buku yang pernah
ditulisnya adalah Einsten: His Life and Universe, Benjamin Franklin: An
American Life, dan Kissinger: A Biography. Isaacton juga pernah menulis The
Wise Men: Six Friends and the World They Made bersama Evan Thomas. Kini,
Isaacton dan istrinya tinggal di Washington, D. C.
- Kesederhanaan
Steve Jobs
Foto pendiri Apple Computer Corporation menghiasi
sampul depan dan belakang buku berjudul Steve Jobs by Walter Isaacson. Sorot
kedua mata Jobs tak berbeda meski foto itu diambil dalam selang waktu berbeda. Sekilas
ramah, tapi tajam menyelidik.
Senyum tipis menambah karismanya. Ia mengenakan
kaus hitam lengan panjang sebagai baju kebesarannya. Itulah gambaran besar dari
kepribadian paradoks milik Jobs yang terangkum dalam deretan kalimat yang
disusun Walter Isaacson ini. Pada musim panas 2004, Isaacson merupakan orang
yang diminta secara khusus oleh Jobs untuk menuliskan biografi dirinya saat
mereka berjalan-jalan. Cara itu menjadi ciri khas Jobs saat ia merasa perlu
menyampaikan sesuatu yang serius. Namun, Isaacson merasa waktunya belum tepat
hingga kelanjutan rencana pembuatan biografi tertunda sampai lima tahun.
Kondisi kesehatan Jobs yang menurun menjadi awal penggarapan buku tersebut
hingga akhirnya bisa diterbitkan, tak lama setelah pria 56 tahun itu wafat pada
5 Oktober 2011 belum lama ini. Isaacson memilih cerita kehidupan Paul Jobs
dan Clara Jobs sebagai pembuka kisah kehidupan lelaki kelahiran San Fransisco,
24 Februari1955, itu.
Pernikahan mereka bahagia tetapi merasa ada yang
kurang dalam kehidupan pernikahan karena belum dikaruniai anak hingga
tahun ke-9 pernikahan. Mereka pun mulai terpikir untuk mengadopsi seorang bayi.
Di lain tempat, mahasiswa pascasarjana Universitas Wins consin Joanne Schieble
mengandung bayi hasil hubungannya dengan asisten pengajar Islam dari Suriah,
Abdulfattah ‘Jhon’ Jandali. Mereka tak bisa menikah karena ditentang ayah
Joanne. Maka itu, Joanne memutuskan melahirkan diam-diam dan merencanakan
penyerahan bayinya untuk diadopsi. Hingga akhirnya, pasangan Paul dan Clara
menerima bayi itu untuk dibesarkan seperti anak kandung. SteveJobs tumbuh
menjadi pribadi yang mandiri dengan aturan yang dibuatnya sendiri. Kecemerlangan
prestasi Jobs di sekolah selalu didukung penuh oleh keduanya.
Sejak kecil, Jobs menunjukkan minat besar dalam
bidang elektronik.Ia bahkan mendapat pekerjaan di pabrik tempat memproduksi
alat pencari frekuensi milik Hewlett-Packard. Hingga akhirnya, dia pun
bertemu dengan Steve Wozniak, akrab disapa Woz, yang juga memiliki minat sama
di bidang elektronik. Duo Steve itu semakin akrab. Woz dianggap memiliki
hati yang lembut dan jujur, sedangkan Jobs dianggap lebih manipulatif. Namun,
itu tak menghentikan tindakan jahil mereka. Mereka menciptakan alat yang
mengganggu frekuensi sinyal televisi hingga alat yang dapat memanipulasi
telepon bernama Blue Box. Alat tersebut kemudian menjadi proyek pertama
mereka berdua dan kemudian menjualnya. Jobs bertindak sebagai pemasar,
sedangkan Woz sebagai teknisi. Produk mereka laku keras hingga sebuah
insiden menghentikan penjualan Blue Box.
Hubungan keduanya terus berlanjut meski mengambil
kuliah di universitas yang berbeda. Jobs memilih Universitas Reed sebagai
bentuk pemberontakan pasifnya terhadap kedua orangtuanya. Padahal,
tabungan orangtuanya tak cukup besar untuk membiayai kuliah Jobs di universitas
swasta itu. Beberapa saat kemudian, Jobs memutuskan berhenti membayar
kuliahnya dan hanya mengikuti mata kuliah yang menarik minatnya, misalnya
kelas kaligrafi. Saat itulah, ia menyadari bahwa dirinya berada di
persimpangan antara teknologi dan seni. Kesadarannya itu dituangkan dalam semua
produk yang dihasilkannya. Isaacson menggambarkannya sebagai perpaduan
antara desain yang hebat, penampilan, rasa, keeleganan, sentuhan manusia, dan
bahkan cinta. “Seandainya aku tidak pernah mengambil mata kuliah itu di
perguruan tinggi, Mac tidak akan pernah memiliki banyak sekali desain
huruf atau jenis huruf dengan spasi yang tepat.Lebih lagi, karena Windows
hanya meniru Mac, mungkin tidak ada komputer pribadi yang memiliki desain
seperti itu,” ujar Jobs sebagaimana dikutip Isaacson.
- Kelahiran Apple
Steve Jobs dan Apple memang lekat satu sama lain.
Tahukah Anda bahwa nama Apple yang dipilih sebagai nama brand tercetus begitu
saja tanpa konsep filosofis seperti dugaan banyak orang? Semua berawal
dari rancangan komputer yang dibuat Woz. Ia berhasil mengetikkan sebuah huruf
dengan keyboard dan menampilkannya pada layar komputer. Hal itulah yang
membangkitkan minat Jobs lebih besar lagi. Ia mendorong rancangan komputer Woz
agar dimodifikasi lebih sempurna lagi. Untuk itu, keduanya bersama-sama
menghadiri Klub Komputer Homebrew yang menjadi tempat pertemuan para
penyuka teknologi untuk bertukar pengetahuan secara gratis. Awalnya, Jobs
tak begitu mempermasalahkan hingga ia melihat peluang bisnis dalam produk Woz.
Ia berusaha meyakinkan Woz yang terlalu pemalu itu untuk mulai menjual produk
secara komersial.
Mereka pun akhirnya mulai mengumpulkan modal untuk
usaha yang baru dirintis tersebut, termasuk menggaet Rob Wayne untuk menanam
saham. Modal terkumpul dan mereka membutuhkan nama bagi perusahaan mereka. Jobs
yang sebelumnya baru pulang dari memangkas apel varietas gravenstain
mencetuskan beberapa nama. Deretan nama itu tak ada yang menarik sampai ia
terpikir untuk menggunakan Apple sebagai nama. Pemilihan itu bertahan hingga
akhirnya tak terpikir nama lain. “Saat itu, aku sedang melakukan diet buah
.Aku baru saja kembali dari kebun apel. Nama itu kedengarannya menyenangkan, penuh
semangat, dan tidak mengintimidasi. Selain itu, nama perusahaan kami akan
berada di atas Atari dalam daftar buku telepon,” jelas Jobs soal nama
tersebut.
Pembeli pertama produk mereka adalah Paul Terrel. Ia memesan 50 papan Apple I yang harus diselesaikan dalam jangka waktu sebulan. Jobs, Woz, Wayne, dan beberapa kawannya bekerja siang malam di garasi rumah orangtua Jobs untuk menyelesaikan pesanan tersebut tepat waktu. Keuntungan pun akhirnya diraih setelah penjualan perdana tersebut.
Pembeli pertama produk mereka adalah Paul Terrel. Ia memesan 50 papan Apple I yang harus diselesaikan dalam jangka waktu sebulan. Jobs, Woz, Wayne, dan beberapa kawannya bekerja siang malam di garasi rumah orangtua Jobs untuk menyelesaikan pesanan tersebut tepat waktu. Keuntungan pun akhirnya diraih setelah penjualan perdana tersebut.
Jobs merupakan orang yang memercayai kehidupan
spiritual. Ia pernah menjadi penganut Kristen hingga berhenti karena kejadian
kelaparan di Afrika. Pencariannya kemudian berlanjut hingga ia
terpukau oleh ajaran Buddha Zen. Ia juga sangat terinspirasi oleh buku karangan
Baba Ram Dass berjudul Be Here Now, sampai-sampai ia menjauhkan diri dari
hal yang bersifat materi. Spiritualitas Jobs juga menciptakan kepribadian yang
nyentrik.Ia tak canggung berjalan-jalan tanpa alas kaki. Ia juga diet ketat
dengan hanya mengonsumsi apel dan wortel selama berminggu-minggu sebagai bagian
dari pola hidup vegan. Hal itu membuat badannya kurus kering. Belum lagi soal
kebiasaannya jarang mandi. Namun, temperamennya menunjukkan hal yang
sebaliknya. Ia mudah marah dan berteriak jika tak memperoleh kesempurnaan.
Buku ini tidak dipenuhi pujian terhadap Jobs. Penulis
berhasil menggambarkan pribadi Jobs sebagai manusia yang diisi emosi, hasrat,
cinta, pengorbanan, ambisi, dan lainnya. Semakin banyak menelusuri
biografi ini, semakin menyadarkan diri bahwa Ste ve Jobs bukanlah manusia
sempurna. Dia memikat sekaligus ‘berbahaya’. Perpaduan yang menjadikannya
pribadi ajaib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar